Kebahagiaan Itu sakit


Gambar 


 Jangan menyakiti ku terlalu lama, seperlunya saja. 


••••


Seperti sedang menggenggam pecahan kaca yang hancurnya terpental terlalu jauh. Aku tidak tau sampai kapan batas waktu yang kalian perlukan itu berakhir. Mungkinkah sampai bunga yang mekar, harus dipaksa layu berkali-kali? Tapi hal itu sudah pernah, bahkan satu-persatu sel-sel dalam tubuh mulai berhenti. 


Aku sedang berusaha menemui rasa kecewa diakhiri cerita, dengan memasuki  pintu kebahagiaan yang menjebak. Jika kebahagiaan akan rasa cinta menurut mu sepele, maka haruskah ku ciptakan rasa trauma?. Semakin aku melaju, semua rasa sakit lebih mendominasi permainan ketulusan yang dinomor duakan dengan keegoisan akan kebutuhan yang menjebak raga. Apa semunafik itukah aku yang masih bertahan?. 


Di ruang makan yang tepatnya aku mencoba berbicara dengan mama yang dibuat kecewa oleh perbuatan ku. Begitu banyak jenis makanan yang disajikan mama diatas meja pagi ini, tapi terdapat rasa takut untuk memulai obrolan semenjak kejadian kemarin. 


"Mah, Leila...." Aku tau perbuatan ku  salah, aku siap melakukan apapun, untuk membuat mama  merasa bahagia lagi. "Leila masih merasa bersalah soal kemarin mah, Leila engga tau harus gimana, berbuat apa agar mama bahagia lagi"


"Masalah mama sudah banyak sekali, mama harus membayar semua tagihan. Mama heran sama kamu, kok bisa serendah itu" mama menatap ku dengan tatapan tajam. 


"Mah aku tidak menjual diriku, aku menyukainya"


"Rasa cinta? Untuk apa kamu mengorbankan harga dirimu hanya karena cinta?" Mama terlihat marah.


"Leila harus gimana mah?, Leila mau mama bahagia lagi". 


"Rasa cinta mu tidak sebanding dengan harga dirimu. Apa yang kamu dapat? Kamu tidak mendapatkan apapun, karena kamu begitu bodoh. Di dunia ini semua itu bayar, tapi kamu memberikan secara gratis untuk laki-laki yang bahkan belum menjadi kekasih mu, hanya dekat karena sudah lama dan kamu menyukainya". 


"Maksudnya mama?"


"Tagihan mama banyak, mintalah uang padanya dengan alasan kamu memerlukan nya. Bilang saja untuk kebutuhan mu." 


"Mah, aku menyukainya tulus, aku tidak mungkin meminta uang padanya".


"Kamu bodoh, kamu mau mama bahagia? Jadi lakukan itu". Kemudian mama meninggalkan ruang makan.


Aku masih memikirkan hal yang mama minta. jika aku meminta uang sama Indra, apa itu sama saja dengan aku menjual diriku?. Aku tidak tau harus mengartikannya sebagai bentuk apa. 


Aku menuju rumah Indra, menuruti semua yang mama bilang, aku hanya ingin mama bahagia. Begitu sampai, aku disambut manis dengan Indra.


"Indra, aku minta maaf. Tapi aku harus bilang ini"


"Bilang apa, katakan". Indra tersenyum padaku.


"Aku butuh uang untuk membayar sesuatu yang mendesak" aku menundukkan kepala merasa malu.


"Kamu butuh berapa? Dan berikan rekening mu, akan aku transfer ke kamu ya" 


Aku terdiam dan menyebutkan nominal yang aku butuhkan tanpa menyebutkan alasannya kepada Indra, Bahwa uang itu sebenarnya untuk membayar tagihan mama. 


Tidak butuh waktu lama, Indra mentransfer ku saat itu juga. Kejadian itu ku lakukan berulang-ulang kali, karena tagihan mama belum juga berkurang hingga saat ini. Timbul rasa tidak enak dalam diriku kepada Indra. 


Aku bertemu dengan Indra dirumahnya, duduk di kursi yang nyaman. Rumah nya begitu sepi, tidak ada seorang pun yang tinggal dengannya. 


"Kamu perlu uang berapa lagi?" 


"Aku tidak datang kesini untuk uang, tapi aku bingung tentang hubungan kita dan aku ingin menanyakannya padamu"


"Hubungan? Hubungan seperti apa yang kamu maksud?" Indra bertanya padaku.


"Bukankah selama ini kita dekat, dan kita juga melakukan hal yang sudah terlalu jauh" jawabku dan Indra tertawa.

"Kenapa kamu tertawa?" Aku bertanya.


"Wajar saja kamu lugu, karena ini hal pertama bagimu melakukan itu. Gini ya, umur ku sudah 30 tahun dan kamu masih 19 tahun. Aku sudah memiliki istri di luar negeri". 


"Tapi, kenapa kamu melakukan itu dan kenapa kamu terlalu baik padaku dengan memberikan uang setiap kali aku minta?"


"Kamu tau bahwa di dunia ini tidak ada yang gratis? Aku sadar diri bahwa aku harus membayar kamu, tapi bayaran itu terlalu banyak jika dibandingkan dengan yang kamu kasih ke aku. Jadi, aku senang kamu datang kesini, bisa kita seperti waktu itu lagi?" 


"Aku fikir kamu tulus denganku, karna aku sayang dan sangat tulus denganmu. Ternyata ketulusan ku, kamu balas dengan pengakuan yang mengejutkan". Aku merasa kecewa dan pergi meninggalkan rumah Indra bersama dengan air mata. 


Benda kertas bernominal itu berhasil mengalahkan rasa cinta. Merubah makna dari ketulusan, cinta dan kebahagiaan. Ini adalah jurang api yang membakar diriku sedikit demi sedikit, hingga hancur menjadi abu yang terkubur. 


"Leila, mama harus membayar tagihan karena besok sudah jatuh tempo". 


"Mah, Leila bingung dengan semuanya. Apa kebahagiaan mama saja yang penting?, Setelah Leila pikir - pikir mama itu sama saja, mama juga tidak menghargai perasaan Leila". Mama terdiam ketika aku berbicara tegas.

"Leila tau, Leila salah telah mengecewakan mama. Mama membesarkan Leila, tapi Leila justru salah jalan. Leila tau kok itu salah. Leila mau mama bahagia lagi, tapi semakin Leila ciptakan kebahagiaan, maka itu buat Leila sakit". 


"Mama hanya mau dia membayar semua rasa sakit mama, mama tidak mau kamu berakhir kecewa, makannya mama suruh kamu untuk minta uang pada dia. Dia harus membayar semuanya". 


"Apa yang mau di bayar mah? Dibayar ataupun enggak dibayar itu sama-sama sakit mah. Aku mengecap diriku sebagai wanita bayaran, jika aku dibayar. Aku menganggap rendah diriku, karena memberikan harga diriku secara gratis kepada orang yang sekarang aku tau mah. Tau bahwa dia tidak sendiri" 


aku menangis histeris, karena kedua keputusan dibayar atau tidak itu adalah kedua hal yang sakit.


"Lei, mama minta maaf. Mama seharusnya juga harus tau dampak dari keputusan mama yang meminta kamu untuk minta uang dia". 


"Mama tau? Hal tersebut membuat ku semakin dekat dengannya, semakin ketergantungan oleh uang nya, karena kenapa? Karena aku tau mama perlu untuk membayar tagihan. Aku mau buat mama bahagia lagi, tapi kalian salah mengartikan rasa cinta yang tulus aku berikan. Aku fikir kalian bahagia karena aku bersama kalian. Tapi, kalian bahagia untuk hal tertentu. Mama untuk uang, dan dia untuk kebutuhan. Apa rasa butuh itu lebih besar daripada rasa cinta?". 


Aku pergi meninggalkan rumah, satu hari yang membuat ku bingung. Memberikan Kebahagiaan kepada orang lain adalah hal yang menyakitkan, karena kenyataannya kebahagiaan yang aku dan kalian maksud itu tidak sama. 


Gambaran di album foto mulai terhapus bersamaan dengan rasa kecewa, bisakah kamu merasakannya juga? Mampukah kamu bertahan seperti ku dengan begitu banyak penat yang kurasakan. Aku sudah seperti hilang dari muka bumi, tertembak peluru yang menembus melewati organ tubuhku berkali-kali.


Bahagia itu adalah yang sederhana, kesederhanaan itulah yang membuat kalian menyepelekan ku. Aku terpenjara dengan semua derita yang masih aku rasakan. Kini rasa trauma sedang menjadi selimut di malam hariku. 


Ini adalah tentang kebahagiaan yang disepelekan oleh uang. Menganggap uang itu adalah segalanya, hingga lupa akan perasaan ku yang dianggap simpel olehmu. Dan sebuah ketulusan ku yang menjadikan mu angkuh, hingga menganggap ku sebuah permainan.  



Komentar

Postingan populer