DAUN TELAH GUGUR

Gambar



Daun kering terbakar panas nya sinar matahari yang terik sekali. Terjatuh tersapu angin membawanya pergi  dan terjatuh berkali-kali ke tanah yang bukan tempat nya. Terlalu kejam setiap pisau yang menggores di hati, bahkan lebam ku masih dirasa pedih. Tiada obat yang bisa mengobati kejamnya caci oleh dunia, pantas mereka bukanlah diriku. 


Tiada simpati dan wadah untuk menampung, mendengar setiap ceritaku, kecewaku dan kepedihan yang dirasa lama ini. Tepuk lah pundak ku, hanya itu saja sudah bisa memberiku semangat, tetapi semua itu tiada pernah didapat. Begitu hina sekali orang seperti ku di pandangan mu?. 


Bohong jika aku berkata aku baik-baik saja. Bohong jika aku berbicara aku kuat dan bisa mengatasi. Sadar saja aku bukan wonder woman, aku bisa hancur, tetapi tidak bisa hilang walau dipaksa. Tapi, aku bisa hilang jika takdir berbicara.


"Kamu itu selalu buat malu, kamu itu kotoran dalam keluarga ini. Belum puas udah merusak rumah tangga mama sampai mama dan papa cerai? Dan jangan-jangan sekarang kamu mau merebut pacar ku juga?". 


Setiap perkataan yang keluar dari mulut kaka begitu pedih, seperti ada pedang yang menyayat hati perlahan dan menebas kepala ku sekarang juga, dan itu sangat sakit. 


"Engga gitu ka, aku engga mungkin ada niat kaya gitu, apalagi untuk merebut pacar kaka, ka aurel harus percaya". 


"Kamu itu kerjaannya cuma tidur sama laki-laki dan coba kamu berkaca dengan cara berpakaian kamu yang terbuka, apalagi kalau bukan untuk menggoda? Masih kurang laki-laki kamu?!".


Aku yang terduduk berlutut meneteskan air mata, begitu dalam tangisan yang ingin ditahan tetapi sadar tidak sekuat itu. Aku tidak tahan dengan setiap hinaan ka aurel kepadaku yang bukan hanya sekali, tetapi berulang kali dan aku kecewa. 


" Kaka engga tau rasanya jadi aku, karena kaka engga ada di posisi aku. Kaka engga berhak menilai aku hanya dari vagina aku? Apa aku begitu hina? Aku rasa kaka lah yang lebih rendah dariku, cara bicara kaka yang tidak sesuai dengan cara berpakaian kaka! "


Aku berdiri dan menghapus air mata ku dengan tangan yang mengepal, aku menjadi sekeras batu dan bukan lagi selembut kapas.


"Kamu itu pelacur zahra, kamu perusak, dan kamu hina! "


"CUKUP! Perusak? Saat itu aku masih anak kecil yang hanya diam saat pertengkaran keluarga, aku juga takut kak. Aku cuma bisa mengikuti kemana mama ku pergi, apa itu yang disebut perusak?. Soal hubungan kaka, baik-baik aja kan? Jadi dimana aku merusaknya? Itu hanya ketakutan kaka yang sudah menghantui kaka, bahkan sampai tega menuduh dan menghina ku seperti ini, betul kan? "


"Aku benci orang kaya kamu, dan aku tidak mau dekat dengan mu" 


"Semua orang punya alasan di setiap kesalahan nya, kaka gak berhak untuk menjudge aku seperti ini, kaka adalah seorang perempuan yang aku harap setelah aku cerita akan trauma ku, kaka bisa mengerti. Tapi aku salah, orang seperti mu mana mungkin mau dekat dengan ku yang hina dimata mu. Cukup kak untuk membangkitkan rasa trauma orang lain, aku adik kandung mu sendiri"


"Aku benci orang kaya kamu, perusak dan pelacur!" 


BUUGG... 


Ka aurel menonjok pipi ku, seperti itulah caranya meluapkan amarahnya kepadaku. Aku sadar dirinya pemenang kejuaraan bela diri, tetapi aku bukan musuh nya dan mata nya tidak buta, aku adiknya. 


Aku terjatuh dan terdiam seketika. Mata ku menjadi menyipit dan terasa berdenyut di pipi ku, bengkak dan membiru. Aku begitu ketakutan dan menangis histeris setelah nya. 


"Kaka begitu jahat, aku bukan hewan dan tolong hargai aku"


"Aku tidak mau bicara dengan mu, dan kamu pantas dapat itu semua".


Keadaan rumah menjadi menegangkan, hanya ada aku dan ka aurel malam itu. Di dalam rumah aku merintih kesakitan dan aku tidak melihat kaka mengulurkan tangannya dan suaranya untuk meminta maaf. 


Pikiran ku begitu kacau dan begitu hitam untuk menjadi berwarna kembali, itu tidak bisa lagi. Awan hitam dan petir serta hujan yang dirasa berada di dalam diriku saat ini. Aku keluar rumah dan tiada tujuan ku. Berlari dan saat itu hujan benar turun. Angin yang kencang dan aku takut sekali. Jalan ku sudah begitu jauh, aku tidak bisa melihat apapun di depan, mata ku yang sudah tertutup hujan. 


Awass! (Suara teriakan) 


Aku menoleh ke kanan dan aku hanya bisa melihat cahaya yang silau nya luar biasa dekat. Aku terpental jauh dan terluka, sekujur tubuh ter selimuti darah di atas aspal aku tertidur. Napas yang menjadi sulit dan aku memejamkan mata untuk selamanya. 

Komentar

Postingan populer