LOVE SONG TO GO : GHAITSA & AMAYA

 

Gambar


Aku menetapkan hatiku untuk selalu membawa kenangan tentang kamu dan aku. Kamu Ghaitsa dan aku Amaya. Meskipun diriku tidak bisa beruang di sisimu lagi, dirimu yang tidak bisa menanggapi aku yang sedang mengamati mu. Jarak kita yang telah jauh terpisah. 

. . . . 


Di dalam rumah sederhana dengan atap dan ubin yang terbuat dari tanah liat dilapisi jerami, aku dan kamu singgah. Berteduh dibawah atap yang berlubang kecil dan tidak kuat. Tempat duduk kayu yang menahan beban kami dan memberi izin untuk duduk di atasnya. Cuaca yang tidak bisa ditebak hari ini, hujan yang kian besar dan angin yang begitu kencang hampir merobohkan tiang-tiang penyangga. Banyak sekali insan yang berteduh dibawah atap ini. 


Aku mengeluarkan selembar kertas usang dan pena bulu, meletakkan keduanya di atas meja kayu. Aku merangkai kata-kata indah untuk kekasih ku Ghaitsa. Laki-laki yang tampan dan pemberani. Rangkaian kata yang tersusun menjadi sebuah lagu cinta, yang kuberi judul "Love Song To Go". Ujar ku. 


" Kenapa kamu memberi judul seperti itu? Mengapa harus pergi? " Ghaitsa merasa aneh dengan judul lagu ku. 


"Lagu ini untuk kekasih ku, kamu. Jika  hari ini adalah malam terakhir kamu melihat ku, percayalah aku tetap mencintaimu. Yakinlah aku melihatmu dan akan berada disisi mu selalu, meskipun kamu tidak melihat ku. Nyanyikan lah lagu ini dan kamu akan mengerti perasaanku yang tidak kamu dengar lagi". 


"Aku akan tetap menjadi hujan untuk membuat kamu bahagia dan menghapuskan kesedihan mu". Ghaitsa memberikan peluk kan kepada ku, sangat hangat. 


" Kita adalah Ghaitsa dan Amaya, yang berarti hujan malam hari, Seperti sekarang ini". 


"Bolehkah aku duduk di samping mu?" Seorang anak laki-laki berdiri didepan kami. 


"Kemari lah, mendekat dan duduk di tengah kami. Apa kamu sendirian?". Aku bertanya dan memberikan nya mantel milikku. 


" Aku tidak memiliki siapapun, aku sendiri. Perhiasan mu indah sekali, bukankah itu sangat mahal?" Anak laki-laki itu memandangi perhiasan yang ku pasang di rambut ku, jepitan rambut emas. 


"Sangat mahal dan berharga bagiku karena ibuku yang memberikannya. Kenangan terakhir darinya untukku". Aku tersenyum menjelaskan nya. 


"Boleh aku tau nama mu?" Ghaitsa bertanya. "Aku ingin tau dimana kamu tinggal, boleh kami antar setelah hujan berhenti?".


"Abian, ibuku berkata kegembiraan. Aku tidak memiliki rumah, aku bukan seorang kaya".


" Indah sekali dan benar kedatangan mu ditengah kami membuat bahagia". Ujar ku. 


Terdengar suara kaki yang begitu ramai berlari dari arah luar rumah tempat kami singgah. Tiba-tiba serempak para penyerang manusia bertopeng dan pakaian serba hitam menodongkan pedang runcing kearah kami. Tidak tau apa maksud kedatangan mereka, dan tidak ada permisi dari pria bersenjata, mereka menghantam semua yang berada di dalam. 


Ghaitsa, Abian dan aku berlari keluar. Tetapi Ghaitsa kembali masuk ke dalam untuk mengambil selembar kertas lagu yang ku tulis tadi untuk dirinya. 


"Kalian pergilah, aku harus mengambil kertas itu!". 


"Aku ikut bersamamu, aku tidak ingin meninggalkan mu" Aku menggenggam tangan Ghaitsa. 


"Aku tidak mau kamu terluka, pergilah Amaya  dan tunggu aku di bukit. Sembunyi lah di sana, pergilah!". Ghaitsa melepaskan tangan ku dan kembali masuk ke dalam. 


Aku masih memandangi Ghaitsa yang pergi, tatapan ku yang begitu cemas dan menangis ketakutan. Aku tidak ingin kehilangan nya, aku ingin tetap di sisinya, bersamanya. 


"Ka Amaya Tolong! " Abian berteriak dan aku menoleh kearah nya. Seorang pria bersenjata pedang itu membawa Abian bersamanya. 


"ABIANNNN!!" aku menjerit histeris dan mengejar Abian ke dalam hutan menuju bukit. 


Aku berlari dengan kencang dan napas yang sudah tidak karuan lagi. Aku melemparkan batu begitu kencang dan mengenai kening kepala laki-laki itu. 


"Abian kemari, lari lah sini" Laki-laki berpedang itu melepaskan tangan Abian. Abian berlari kearah ku dan mendekap ku ketakutan. 


Laki-laki berpedang itu menghunuskan pedangnya kearah aku dan Abian. Aku mendorong Abian untuk menjauh dari pedang yang hampir melukai pipinya. Dengan cepat diriku mengepalkan ujung runcing pedang dengan tangan ku sendiri. Aku yang tidak pernah belajar bela diri bertekad untuk melawan. 


Telapak tangan ku terluka, panjang sekali goresan di tanganku. Hingga darah menetes ke tanah dan membuat ku kesakitan. Pria berpedang menarik pedang nya yang masih ku genggam dan menghunuskan pedangnya kearah ku. Pedang yang menusuk, menembus jantungku. Aku terjatuh bertekuk lutut di hadapan nya, disaksikan Abian dan Ghaitsa yang tiba-tiba datang  membawa selembar kertas. Darah yang mengalir, menetes ke bawah tanah. Begitu banyak darah yang keluar. Aku tersenyum melihat Ghaitsa dan menutup mata. 


..... 


Sebuah lirik lagu yang ditulis ku dengan cinta belum sempat Ghaitsa mendengarkan ku bernyanyi untuk dirinya. Kata-kata yang tersusun dengan cinta sampai ke hati. 


Kejadian itu masih melukai aku dan Ghaitsa sampai saat ini. Malam dimana semuanya terjadi. Ketiadaan ku yang membuat Ghaitsa kehilangan. 


"Mudah kah aku memaafkan semuanya supaya Amaya tenang? Bisakah tangisanku berubah menjadi senyuman, mengikhlaskan kamu pergi?". Ghaitsa yang berlutut dibawah bukit, tempat dimana aku pergi untuk selamanya. 


" Love Song To Go... Love Song To Go... Love Song To Go". Aku berbisik ditelinga Ghaitsa yang sedang tertidur. Mungkin untuk berbicara langsung diriku sudah tidak bisa, tetapi untuk berkunjung di mimpimu aku akan selalu ada. 


Ghaitsa terbangun dari mimpinya dan mengingat kembali yang aku katakan. Sebuah judul lagu yang pernah ku tuliskan untuk Ghaitsa. Ghaitsa mengambil selembar kertas usang itu dan menyanyikan lagu tersebut dengan lirik yang indah. 


LOVE SONG TO GO


Haruskah aku menjadi tuli?

Apakah aku perlu menutup mata?

Tangan yang tidak menggenggammu

Jika semua itu akan menjadi kenangan yang menyakitkan


Suara berbisik

Sebuah firasat yang sepertinya ini adalah yang terakhir

Mungkinkah masih ada hari esok untukku?

Aku tidak yakin


Aku takut malam dan hujan ini

Terlalu menakutkan dan tidak ingin sendiri

Peluk aku, aku merindukanmu

Mencintaimu bahkan dari atas langit

Di kehidupan selanjutnya, aku menunggu untuk bersatu


Lihat aku disini,

Dan aku tahu kamu tidak melihat

Aku menangis dan kamu juga

Bertahan lah sampai reinkarnasi


Bila Reinkarnasi benar ada, Ghaitsa dan aku ingin dipersatukan kembali, dan biarkan aku bernyanyi untukmu. Tiada hari terakhir untukku berhenti mencintaimu. Perbedaan dunia bukanlah tembok yang memberi perintah untukku melupakanmu. Aku rela menanti waktu itu, waktu dimana Tuhan memberikan izin untuk bisa bersamamu lagi di kehidupan selanjutnya. 


Komentar

Anonim mengatakan…
Seru bgt
TIFFANY VANESSIA mengatakan…
Wah seneng bacanya, Terimakasih ๐Ÿ˜ƒ๐Ÿ™๐Ÿป

Postingan populer