Death Flower

 


Gambar


Masa laluku tidak seindah cerita di dongeng, tidak ada raja dan ratu yang romantis dan berakhir bahagia. Begitu usang dan gelap akan kesedihan yang seperti menyelimuti ku di malam hariku.

Sejak dimana hari aku bertemu denganmu, laki-laki yang hadir di depanku kala itu. Ketika diriku ini belum sembuh sepenuhnya dari luka di masa lalu. Tetapi, kamu hadir membawa banyaknya ceria dan beribu keyakinan yang membuat diriku percaya bahwa tidak semua laki-laki sama dan cinta sejati untuk ku masih ada, kamu membuktikannya dengan melamar diriku. Gelap ku berubah menjadi terang, penerangan seterang beribu lampu kamu bawa untuk diriku dan masa depan kita berdua, Lita dan Radit.

Kamu berkali-kali datang mengunjungi hatiku tanpa permisi dan aku pun begitu, katamu. Kedua hati kita yang sudah satu frekuensi dan tidak ingin melepas untuk pergi.

Hari pernikahan aku dan Radit telah ditentukan oleh kami yaitu ditetapkan pada tanggal 12 September, yang berarti 1 bulan lagi aku dan Radit akan melangsungkan pernikahan.

Kedua hati yang membangun satu atap dan akan ada begitu banyak kebahagiaan didalamnya. Cerita tentang hari tua kami dan membesarkan anak bersama-sama. Sebuah fondasi yang akan diberi tiang-tiang kuat dan tidak akan pernah runtuh, karena komitmen.

Saat ini tubuh ku sedang rapuh karena sakit tipes. Badanku lemas untuk bisa berjalan dan tidak menikmati makanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Tiba-tiba handphone ku berbunyi dan panggilan telfon dari Radit, tunangan ku. Aku memaksakan diri untuk mengangkat nya.

"Hallo, Ta? "

"Iya, dit" Suara ku terdengar lemas.

"Ta, aku baru balik kerja dan mau otw ke rumah sakit ya. Maaf ya hari ini aku sedikit telat untuk sampai di rumah sakit".

" Iya gapapa sayang, aku mengerti. Cepatlah kemari aku rindu padamu, kesini lebih cepat ya, aku sayang kamu selalu".

"Aku akan cepat kesana, dan tunggulah aku sayang, aku juga merindukan mu, lekas lah sembuh, aku menantikan hari bahagia kita bulan depan".

"Tentu sayang, aku pasti sembuh"

"Aku berangkat ya sayang, aku cinta kamu selamanya, sampai jumpa"

"Hati-hati dalam perjalanan"

Radit menutup telfon nya dan berjalan menuju ke rumah sakit tempat ku dirawat. Aku begitu bersemangat menunggu kedatangan kekasihku, begitu rindu hingga sudah tidak bisa ditampung. Rasa sakit seperti hilang setiap kali ku mendengar suara nya.

59 menit berlalu, seharusnya tidak selama ini untuk sampai di rumah sakit. Jarak dari tempat kerja Radit ke rumah sakit hanya butuh 20 menit saja, tetapi mengapa tidak ada tanda kedatangannya dan tidak ada notifikasi pesan darinya.

Aku mendengar seseorang berlari begitu kencang di luar ruangan ku dan berhenti tepat di depan kamarku. Aku mendengar nafas nya yang seperti tidak beraturan. Apakah itu Radit?. Seseorang membuka pintu kamarku dan berdiri dengan mata yang berlinang air mata. Laki-laki itu adalah Hans, teman Radit.

"Radit dimana dan ada apa dengan dirimu?" Aku heran dengan Hans.

"Lita..., Radit, Ta" Hans menangis mendekatiku. "Kamu harus tenang ya, Ta"

"Aku engga ngerti apa yang kamu bicarakan, katakan padaku dan jelaskan semuanya. Radit dimana?! "

"Radit kecelakaan, Ta. Radit udah meninggal di perjalanan menemui kamu, Ta"

"Aku tidak suka bercanda mu Hans!" Aku marah mendengar omongan Hans, badanku yang masih lemas ku paksa berdiri.

"Aku berkata jujur, Ta. Ikutlah denganku, Radit dibawa ke rumah sakit ini juga, ku antar kamu ke ruangannya"

Aku bersama Hans berjalan ke ruangan Radit. Berkali-kali aku terjatuh karena tubuhku yang masih lemas. Sampai aku di depan ruangan Radit yang Hans tunjukkan padaku. Ku buka pintu perlahan dan melihat ke dalam ruangan ada orang tua Radit yang yang sedang menangis menatap seseorang yang sedang tidur di Stretcher.

"Bu, itu tidak mungkin Radit kan?" Aku bertanya dan masih yakin kalau itu bukan Radit.

"Ta, Radit udah pergi...!" Ibu menangis.

Aku mendekati Stretcher dan aku melihat Radit dengan tubuh yang sudah tidak bergerak dan napas yang sudah tidak terasa, detak jantung yang selalu ku dengar saat kita bersama, kini sudah tidak terdengar lagi.

"RADIT!!" aku berteriak dan menangis sangat kencang. Aku memukul berkali-kali dadaku, Hans mencoba menghentikan ku dan memintaku bersabar.

"Aku yang meminta dia untuk menemui ku dan aku yang meminta nya untuk cepat datang. Kalau aja aku tidak egois, andai aku tau ini akan terjadi, aku tidak akan memintanya untuk datang, Hans. Ini semua karena aku, aku tidak bisa maafkan diriku. Radit meninggal karena aku"

"kamu engga salah, Ta. Udah jangan menyalahkan diri kamu" Ujar Hans.

"Bu, aku salah bu"

"Ta, ikhlaskan Radit ya, ini juga berat sekali buat ibu, tapi biarkan Radit pergi dengan tenang ya". Ujar ibu yang memelukku.

"Kenapa bukan aku aja yang mati? Kenapa harus kamu, dit?". Aku memegang tangan Radit. " Bangun, dit. Bangun. Aku tau kamu belum mati, katakan ini hanya bercanda dan kamu tidak mungkin meninggalkan ku. Kita akan menikah dit, itu mimpi kita". Aku memeluk Radit dan masih tidak menyangka.

Kamu adalah kekasihku yang selalu ada dalam setiap kalbu ku dan menjadi penenang di setiap hariku setiap kali memikirkan mu. Dirimu tidak pernah terhapus olehku, tidak ku biarkan angin mengusap wajahmu di pikiranku. Raga ku masih terpukul oleh sakitnya kejadian ini yang begitu teganya merenggut nyawamu. Aku mencoba mengikhlaskan kamu pergi dengan tenang. Bodohnya aku yang tidak bisa mendekap mu, aku kehilangan mu untuk selamanya.

Komentar

Postingan populer