BECAUSE OF THE PHYSICAL PASSENGERS

Gambar


 Polina bingung kenapa setiap ia berjalan pasti selalu ada saja mata yang memandangnya seperti pisau yang begitu tajam dan banyaknya gigi putih yang terlihat, tertawa ke arahnya. Berbisik-bisik dengan teman lainnya dan menunjuk nya. Terkadang ada juga yang memperagakan bagaimana caranya  berjalan dan tidak lupa perut besar yang mereka maju kan supaya terlihat persis seperti dirinya. 


Okay...okay...Polina tidak perlu bingung kenapa mereka di jalan seperti itu kepadanya. Tapi, apa harus seperti itu caranya? Mereka mengolok-olok Polina seolah-olah tidak memiliki hati dan tidak akan terasa menusuk di hati, sakit. selama ini Polina hanya diam tidak menggubris perkataan dan ledek kan mereka. Polina berjalan seperti sedang dikejar oleh para pemburu, sangat cepat dengan wajah cantik yang di tundukkan ke bawah. 


"Bu, saya beli roti nya 3 ya yang rasa coklat 1 dan strawberry 2, lalu saya juga mau susu coklat botol nya 1. Totalnya jadi berapa bu?". Polina berkata kepada penjual di warung pinggir jalan. 


" Bu?! " Polina memanggil ibu warung yang dari tadi hanya memandangi Polina dengan tatapan yang mencurigakan. 


" I-iya maaf ibu melamun lihat kamu. Neng, kamu kurusin deh badan nya dan jangan banyak-banyak makan. Kasihan masih muda kamu, nanti enggak ada yang suka" Ocehan ibu yang sebenarnya membuat nya ingin menyerah atau bahkan menghilang saat itu juga. Tapi, Polina hanya tersenyum seperti biasanya setiap ada orang yang membicarakan fisik nya. 


" Terima kasih bu, maaf totalnya berapa karena saya ingin pulang sudah malam" 


"Ya ampun ibu sampai lupa kan tuh, totalnya 10 ribu aja neng. Duh subur banget badan kamu, berat badannya berapa itu? 70, 80, atau... 100?" Lagi-lagi ibu itu mengucap kata-kata yang tidak dipikirkan dulu. 


"Ini uang nya dan ambil saja kembaliannya bu, anggap saja untuk membayar ocehan ibu yang banyak itu, permisi". Polina memasukkan 2 Roti dan susu coklat ke dalam tas ransel kerjanya. Dan tersisa 1 roti coklat yang dia makan  sembari jalan, hingga tiba di depan SDN Cahaya Abadi yang tempatnya tidak jauh dari Warung sebrang kantor tempat Polina berkerja. 


Polina berhenti tepat di depan Gerbang SDN Cahaya Abadi dan mengeluarkan handphone nya dengan tangan kanannya, karena tangan kiri nya sibuk memegang roti yang sedang di makannya. Polina membuka aplikasi ojek online dan memesannya setelah selesai Polina mengetikkan alamat dan melihat harganya. 


Sekitar 2 menit Polina menunggu ojek datang, akhirnya driver yang di pesannya datang juga dan berhenti tepat di depan mata Polina. Motor driver dengan ukuran mungil dan pengemudi yang menatapnya berkali-kali. 


"ibu Polina benar?"


"Betul pak saya sendiri, boleh saya naik?" Polina sibuk mengunyah roti coklat yang belum habis juga. 


" Tunggu bu, motor saya kecil dan saya juga kurus banget ini" Driver menghentikan ku yang ingin naik di kursi belakang motor. 


"Lalu kenapa pak?" Kedua alis yang dinaikkan ke atas oleh Polina. 


"Maaf bu, tapi saya harus cancel dan sebaiknya ibu pesan ojek online yang lain aja ya. Bulan ini banyak banget pengeluaran bu, ya kali saya harus mengeluarkan biaya untuk ban kempes" 


Driver pun pergi tanpa mendengarkan Polina yang memohon jangan dibatalkan karena langit sudah begitu malam. 


"Apa begitu jelek kah saya, sampai semua mata seperti menolak saya untuk berjalan bebas. Saya lelah menundukkan kepala kepada mereka, perkataan mereka menggerogoti hati saya". 


" Polina, kenapa diam disini?" Ayah dengan motor jadul kesayangannya datang. Cahaya lampu yang terang berhasil melewati gelapnya malam dan asap bakaran sampah warga setempat. 


"Ayah... Polina ingin pulang" Polini memeluk ayahnya dan Merengek seperti anak kecil. 


"Pulang sama Ayah ya Nak".


" Tapi nanti ban motor ayah kempes seperti yang ojek itu katakan. Berat badan Polina bes—" 


"Sssstttt sudah sudah, kamu tetap cantik dengan dirimu yang sekarang. Kamu tidak akan mampu menuruti standar ke cantik kan yang mereka mau. Kamu pintar dan kamu tidak perlu takut sendiri, ayah disini bersamamu. Ayah minta maaf ya, ayah pulang malam terus  dan tidak bisa antar kamu pulang akhir-akhir ini. Tapi, sekarang ayah balik cepat". 


Polina menghapus air matanya dan tersenyum kepada ayahnya. Motor jadul yang mungil itu berjalan perlahan. Dengan suara nya yang berisik, tapi Polina senang. 



Komentar

Anonim mengatakan…
Inii baguss bangettt, tersentuh bacanya. Semangat terus buat cerita lainyaaa🤗
TIFFANY VANESSIA mengatakan…
Thank you, siapapun kamu ☺✨. Next bikin cerita apa lagi, ya? 😃😃

Postingan populer