ABOUT NESSYA

 


Malam ini rasanya aku hanya ingin sendiri, terlamun di depan jendela dan mondar-mandir ke kamar untuk melihat wajah mama dan kakak secara langsung untuk terakhir kalinya, karena hari besok aku memberanikan diri untuk bertemu papa yang jauh di medan sana.

Sepertinya sudah 8 tahun aku tidak bertemu dengannya, hanya berkomunikasi melalui whatsapp saja dan tiada pernah video call karena papa yang sedang bekerja dan aku takut mengganggu nya.

Jujur saja aku merasa sedih untuk meninggalkan keluarga dan teman-teman di jakarta, banyak sekali cerita yang tidak mungkin ku lupakan. Dengan berani ku putuskan untuk tinggal bersama papa dan keluarga kedua ku disana. Ya benar, papa telah menikah lagi dan sudah lama pisah dengan mama.

Aku menuliskan sebuah kata-kata perpisahan untuk mama. Hatiku sangat menangis dan air mata ku terus menetes tanpa suara, aku tidak ingin mereka mendengar tangisan ku malam ini.
Aku memukul dada ku yang begitu sesak dengan keputusan terberat ku dalam hidup ku.

Aku menghapus air mata ku, tetapi tidak bisa. Air mata ini terus mengalir mengenai pipi ku. Ku peluk mama ku yang sedang tertidur pulas dengan senyuman manis yang seperti nya sedang bermimpi indah.

Keesokan harinya...

"Nessya, Nessya... " Aku mendengar mama membangunkan ku dengan suara lembut nya. Tetapi, pagi ini suara itu terdengar sedih.

"Mah, jangan sedih. Aku tidak akan melupakan mama, aku hanya sayang pada mama dan juga papa. Aku rindu papa, mah. Ini sangat berat juga buat nessya. Nessya berterima kasih sama mama yang sudah mengurus dan kasih sayang mama yang engga bisa nessya balas pakai apa. Mama adalah wanita hebat yang mengurus kami sendirian ". Aku terduduk dan memeluk mamaku. Aku mencoba menahan tangis ku dengan pura-pura terlihat bahagia di depan mama.

"Mama doakan yang terbaik untuk setiap keputusan kamu, jangan lupakan mama dan baik-baik dengan papa mu. Mama berharap papa mu sudah berubah menjadi baik dan tidak ringan tangan seperti 8 tahun lalu ya sayang"

" Amin mah, aku yakin papa sudah berubah seperti yang papa bilang di whatsapp padaku, mah".

"Kamu harus mandi dan bersiap ke bandara ya nessya, mama sedih kamu pergi". Mama menangis di hadapan ku, aku begitu tersentuh dan lagi-lagi aku tidak bisa menahan air mata ku. Biarlah air mata ini mengalir begitu deras.

Hari ini mama mengantar ku ke bandara soekarno-hatta, di sepanjang jalan menuju bandara aku bertanya pada diriku "apakah keputusan ku sudah tepat? " Dalam hati ku. Aku tidak mau melihat wajah mama, karena aku tidak begitu kuat untuk tidak menangis di depan mama.

Tibalah taksi yang aku dan mama tumpangi di bandara, aku dengan dibantu pak sopir menurunkan koper mungil ku yang berwarna ungu di bagasi ke lantai bandara.

"Mama jaga kesehatan ya, jangan pikirkan aku dan fokus pada diri mama saja". Ujarku tersenyum.

" Kabari mama jika sudah tiba di sana".

Aku memeluk mama dan melangkah kan kaki untuk check-in di dalam. Berjalan gemetar sembari menangis, aku menoleh ke belakang dan ku lihat mama sedang memandangi ku pergi dengan mata yang berkaca-kaca.

Tepat pukul 15:30 pesawat ku landing. Kini jarak ku dan mama telah jauh sekali, aku pergi menemui papa karena aku kangen, begitu rindu diri ku ini.
Sunguh ini adalah pilihan yang sulit, tidak mudah untuk merelakan seseorang yang kita sayangi dan cintai. Seseorang yang menjadi bagian dalam hidup ku, yaitu kedua orang tua ku.

Kurang lebih 2 jam 30 menit aku tiba di bandara Kualanamu (Sumatra Utara). Suasana yang berbeda dan terlihat sangat asing sekali. Aku melihat seorang laki-laki yang terlihat tua, begitu berbeda dan tidak muda lagi seperti dulu, dia adalah papa ku yang menunggu kehadiran ku.

Papa tersenyum kearah ku, dan tunggu siapa disebelah papa? Ternyata wanita itu adalah istri kedua papa yang sekarang mengantikan posisi mama. Aku memanggil wanita itu dengan sebutan 'ibu'.

"Apa kabar nessya, ini papa" Ujar papa. Aku tersenyum karena setelah sekian lama baru kudengar lagi suara papa.

"Aku baik, papa apa kabar, aku kangen udah lama kita engga berjumpa"

"Mama mu sudah papa suruh ke medan, tapi engga ada gerakkan nya". Ujar papa ketus. Baru sampai di medan dan papa sudah berbicara masalah keluarga, aku mencoba berfikir positif dan masih yakin kalau papa sudah berubah lebih baik.

" Ini yang namanya nessya, hallo ini ibu" Ujar ibu tiri ku menyapa ku bahagia.

" Iya bu aku nessya" Aku tersenyum dengan ibuku.

Papa membawa koperku dan aku berjalan dengan ibu tiri ku menuju mobil berwarna hitam milik papa. Papa membawa kami ke rumah nya. Sekitar 4 jam kami di perjalanan dari bandara untuk ke kisaran malam ini. Di perjalanan kami berbincang-bincang dan aku masih terasa canggung, mungkin karena belum terbiasa.

Tibalah kami bertiga di rumah dan kulihat keadaan papa yang berbeda drastis dengan yang papa ceritakan selama ini padaku di whatsapp. Kehidupan dan rumah papa begitu besar, tapi aku masih berfikir positif dan aku masih yakin papa sudah berubah.

Setelah aku selesai mandi dan membereskan barang-barang ku yang berada di dalam koper, aku masuk ke dalam kamar ku untuk beranjak tidur karena lelah rasanya badan ku ini. Tiba-tiba saja papa masuk ke dalam kamar ku, duduk di samping ku dan mengajak ku berbicara.

"Nessya papa mau berbicara" Ujar papa dengan nada suara yang kecil.

"Bicara apa pah?" Aku duduk di depan papa.

"Apa benar mama mu sudah ada penganti papa? " Pertanyaan papa membuat ku terkejut.

"Benar pah, lagi pula papa pun juga menikah lagi dan membuat hati mama terluka, kini kalian sudah mempunyai kehidupan masing-masing" Jawab ku dengan nada pelan.

"Papa jujur sama kamu nessya, papa menikah dengan ibu mu karena untuk modal saja. Saat itu ketika kalian ke Jakarta dan papa di medan sendiri, papa betul-betul berjuang banget, papa gak ada uang sama sekali dan bagaimana papa bisa kirim uang untuk kalian, beli rokok saja papa tidak bisa. Lalu, datanglah ibu mu untuk memeberikan papa modal, jadi apa boleh buat nessya. Papa harus menikah dengan ibu mu sebagai rasa berterima kasih papa". Papa menjelaskan hal ini secara pelan-pelan agar ibu tidak sakit hati saat mendengar.

"Iya pah" Aku hanya menjawab singkat, aku tidak tau harus jawab apa lagi. Bagiku yang namanya perselingkuhan tetaplah salah, tapi aku tidak cukup berani untuk berbicara dengan papa.

"Pokoknya selama kamu di sini dengan papa semua kebutuhan kamu tercukupi, tidak seperti hidup dengan mama mu yang miskin itu, kamu sengsara kan? " Ketus papa. Aku tidak menyangka papa bisa berbicara seperti itu, ternyata papa belum berubah dan masih keras sifat nya.

"Iya pah" Lagi-lagi aku hanya menjawab seperti itu.

"Lihat ini nessya, kamu harus jadi seperti orang ini, ikutilah kebiasaan nya dan kamu harus buka usaha sama seperti dia agar sukses nya sama! " Papa memintaku untuk menjadi wanita yang berada di sosial media nya.

"Pah aku ingin tidur" Ujar ku lelah.

"Tidurlah nessya, oh ya nessya jangan berani-berani kamu bicara soal ini ke ibu mu, awas kau kamu ya! " Ujar papa seperti mengancamku dan kemudian keluar dari kamarku.

3 hari berlalu...

Tidak terasa sudah 3 hari aku di medan, dan aku merasa tidak bahagia. Aku begitu tertekan dengan sikap papa yang selalu menuntut diriku menjadi orang lain, tanpa papa pernah bertanya tentang skill ku dan keinginan ku. Aku begitu pusing dengan semua itu.

Hari ini papa sedang berada di bengkel, papa ku merupakan owner bengkel tersebut. Jarak bengkel dari rumah tidak jauh. Kini di rumah hanya ada aku dan ibu tiri ku yang sedang duduk di sebelah ku.

"Nessya ibu boleh bertanya? "

" Boleh bu, apa itu? " Aku penasaran.

" Waktu papa masih sama mama, apa pernah mama di pukul oleh papa? "

"Sering kali bu aku, kaka dan mama di pukul, ada apa ibu bertanya begitu? "

" Ibu juga di pukul papa nessya, ibu sudah tidak tahan sebetulnya dengan papa mu ini, tapi ibu bingung harus bagaimana bisa lepas "

"Sebenarnya aku juga tidak betah bu disini, aku juga kasihan dengan ibu yang di pukul juga ternyata. Aku ingin bicara sesuatu tapi papa mengancam ku untuk tidak bicara pada ibu soal ini. Aku cerita bukan untuk menghancurkan rumah tangga ibu, tapi aku kasihan dan ingin bantu ibu untuk lepas dengan papa yang ringan tangan itu. Ku fikir papa sudah berubah, ternyata belum bu".

" Katakanlah nessya ibu mau dengar! "

Aku menceritakan semua yang dikatakan papa 3 hari lalu padaku. Aku hanya kasihan dengan ibu kalau harus di pukul terus dan hanya dimanfaatkan keuangan ibu. Papa sudah begitu jahat dengan mama ku dan juga ibu.

" Benar nessya papa bicara begitu? Tega sekali dia" Ibu terlihat terkejut sekali.

" Benar bu, maaf Bu aku tidak bermaksud melukai ibu, tapi aku kasihan dengan ibu. Sifat papa sepertinya tidak akan pernah berubah "

" Iya nessya ibu juga sudah cape dengan papa mu"

" Aku ingin bicara dengan papa bahwa aku ingin pulang ke Jakarta menurut ibu bagaimana? "

" Bicara saja nessya pelan-pelan "

Tidak lama kemudian papa yang habis dari bengkel pun pulang ke rumah, duduk di kursi dan menikmati secangkir air putih yang telah di sediakan ibu.

"Pah aku mau bicara" Ujar ku ketakutan.

" Ngomong aja nessya"

" Aku sudah dapat kerjaan di jakarta pah" Ujarku dengan alasan sudah dapat kerja.

" Maksudnya mu apa?! " Papa begitu kesal dan menatap ku tajam.

" Aku ingin balik ke Jakarta pah"  Jawabku pelan dengan ketakutan.

" Kamu tidak sayang sama papa, hah?! "

" Justru nessya sayang, jadi nessya berkunjung menemui papa karena kangen" Aku menahan tangis ketika papa membentak ku.

" Mau ngapain kamu ke Jakarta lagi, jawab cepat. Kamu mau hidup sengsara dengan mama mu?!! "

" Jangan bicara begitu pah mengenai mamaku" Ujarku yang menangis karena tidak tahan.

" Kalau kamu ke Jakarta, maka kita putus hubungan. Tidak ada lagi hubungan antara papa dan anak di jakarta. Kamu dengar itu nessya!! " Papa membentak ku dan aku ketakutan. Aku merasa sesak, seperti di neraka. Aku merasa keputusan ku untuk ke medan adalah salah besar. Papa ku belum berubah dan masih suka ringan tangan dan semua ucapannya di WhatsApp hanyalah manis saja.

"Pah aku mau ke Jakarta aku mohon" Aku takut sekali dan terus menangis.

"Kamu jangan bikin papa emosi ya, papa bisa pukul kamu ya!! " Papa berdiri dan tangan nya melayang ingin memukul ku. Ibu pun menahan papa yang sudah tidak terkontrol emosi nya.

Papa pun pergi dari rumah untuk ke bengkel lagi, dan aku yang masih menangis di kursi. Ibu mencoba menenangkan ku yang sedang sedih dan takut. Aku tidak menyangka papa begitu jahat bicara seperti itu.

"Sudah nessya jangan menangis"

" Bu aku mau ke Jakarta saja, aku bicara baik-baik dengan papa, tapi papa begitu. Ibu dengar kan papa bicara apa tadi. Aku engga kuat bu kalau kaya gini, aku ingin di jakarta saja. Kayanya cara satu-satunya aku harus kabur bu dan aku hanya membawa berkas-berkas berharga saja di dalam tas ransel ku".

" Ibu juga kasihan lihat kamu nessya, cobalah kamu hubungin mama mu ya".

Aku membuka handphone ku dan mengirim pesan kepada mama ku. Aku menjelaskan semuanya dari awal, dan mama tidak tega melihat aku anaknya di perlakukan seperti itu. Mama pun setuju dengan rencana ku untuk kabur dari rumah papa.

"Bu malam ini aku akan kabur dari rumah, tolong jangan beri tau papa ya bu".

" Iya nessya ibu tidak akan beri tau, tapi kamu darimana ongkos tiket pesawat nya? Gimana rencana nya dan ibu minta tolong sama nessya boleh?

"mama akan pesankan tiket pesawat nya bu, untuk rencana dua temanku membantu ku kabur namanya roni dan yuni, roni akan menjemput ku dengan motor nya untuk membawaku ke rumah yuni. Aku akan bermalam di rumah yuni, teman perempuan ku. Minta tolong apa bu?"

" Ibu berdoa kamu berhasil ya nessya. Setelah kamu kabur, ibu akan bicara dengan papa kalau ibu hanya di manfaatkan saja dengan dia. Ibu akan jadikan itu alasan buat ibu cerai dengan papa boleh?"

"Bu maaf aku tidak bermaksud buat rumah tangga ibu hancur"

" Ibu justru senang dengan kedatangan kamu, ibu bisa jadikan itu alasan ibu pisah. Tolong lah nessya ibu tidak tahan dengan papa mu dan ingin pisah sudah sejak lama"

"Baiklah bu, ibu boleh bilang ke papa"

Malam hari pun tiba, saat itu papa dan ibu sudah tidur. Aku mengemasi berkas-berkas ke dalam tas ransel kecil ku, aku tidak membawa baju-baju dan juga koper ku. Aku menghubungi teman ku roni. Dengan sangat ketakutan aku keluar rumah tanpa berpamitan, aku membuka pintu dengan sangat pelan dan menutup nya kembali.

Aku berlari ke arah motor roni yang sudah sampai menunggu ku. Dengan buru-buru roni mengendarai motor, ada rasa panik dan takut di dalam diriku. Dengan sangat cepat, akhirnya aku tiba di rumah yuni.

"Makasih ya roni, aku engga tau deh kalau engga ada kamu aku gimana bisa kabur" Aku berterimakasih pada roni. Roni pun pergi dari rumah yuni dengan menggangukkan kepala sembari tersenyum kepada ku.

"Hai nessya sini masuk, gimana-gimana aman kan. Aku kaget saat kamu bilang mau kabur, apa yang terjadi? "

Yuni meminta ku masuk dan duduk, yuni menyediakan ku minum air putih dan aku pun menceritakan alasan ku kabur dari rumah papa dan berniat pulang kembali ke jakarta.

"Jahat sekali papa mu, jadi mama mu sudah pesan tiket jam berapa? "

" Besok jam 12 siang"

"Sekarang kamu istirahat ya nessya, kamu pasti capek. Sudah tidak usah di pikirkan".

Aku mematikkan handphone ku untuk sementara waktu. Yuni membawa ku ke kamar nya dan kami pun tertidur. Aku begitu cemas dan ketakutan ku tidak juga hilang. Aku tidak menyangka aku bisa berani kabur dari rumah dan begitu nekat.

Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat, jam menunjukkan pukul 05:00 pagi dan aku pun terbangun. Suara ayam begitu berisik membangun kan ku. Aku masih tidak menyalahkan handphone ku.

"Sudah bangun nessya, gimana tidur nya nyenyak? " Yuni yang baru selesai mandi bertanya padaku, aku yang baru ingin mandi.

"Ya begitu yuni, aku masih engga nyangka aja" Ujarku menuju Toilet.

Selesailah aku mandi dan bersiap-siap untuk menuju bandara Kualanamu untuk menuju ke bandara soekarno-hatta, kembali lagi ke Jakarta.

"Yuni makasih banyak ya udah mau kasih aku untuk bermalam disini, aku engga tau harus kesiapa lagi. Aku engga punya siapa-siapa lagi disini"

"Tenang aja nessya, baik-baik di perjalanan ya. Aku doa in yang terbaik untuk kamu ya, salam untuk keluarga kamu".

" Tentu yuni. Yasudah aku berangkat ya" Ujarku. Aku naik ke dalam taksi untuk menuju bandara Kualanamu.

Di perjalanan aku mencoba berani untuk menyalahkan handphone ku lagi. Setelah handphone ku hidupkan, terdapat banyak sekali notifikasi dari papa. Papa menelfon ku berkali-kali dan mengirim ku pesan.

Aku membaca pesan papa satu per satu dan aku tidak menyangka dengan yang papa katakan padaku, papa menuliskan pesan bahwa papa telah memutuskan hubungan darah dengan anak-anak nya, papa tidak perduli lagi dengan ku, dan papa menganggap ku sebagai perusak rumah tangga nya dengan ibu. Ternyata ibu sudah memberi tau semua nya pada papa. Aku sangat sedih dan sakit hati.

Pesawat yang ku tumpangi pun sampai di bandara soekarno-hatta. Aku bernapas lega dan masih tidak menyangka dengan semua ini. Aku berjalan dengan lemas dan pikiran yang kemana-mana. Akan aku jadikan semua ini sebagai pelajaran buat ku. Mengambil keputusan harus dipikirkan matang-matang.

Beberapa hari kemudian... 

Aku mencoba ingin menghubungi Ibu, aku ingin tau keadaannya sekarang yang ibu bilang sudah lepas dari papa. Tetapi, ketika aku akan mengirim pesan padanya, ternyata aku telah di blokir. Aku bingung kenapa aku di blokir? Padahal aku telah membantu nya untuk pisah dengan papa yang jahat, dengan cara memakai namaku sebagai alasan. Aku tidak perduli namaku jelek dimana papa, yang ku fikirkan karena aku kasihan dengan ibu. 

Aku mencari sosial media nya seperti Facebook dan ketemulah nama ibu. Aku membuka nya dan melihat postingan yang di upload nya belum lama ini. Terdapat postingan yang baru saja di upload ibu, aku terkejut melihat nya. Ibu mengupload kalau dia sangat bahagia bersama papa ku, caption nya tertulis. 

'Kini tidak ada yang harus ku urus. Cukup suami ku saja, bukan anak orang lain' 

Wah cukup hebat sandiwara ibu ku, ternyata ibu Baik kepada ku di medan dan membiarkan ku kabur, karena ibu tidak mau mengurus aku, anak dari istri sah pertama papa. Ibu telah berhasil membuat papa benci padaku. Aku sangat kecewa dan tersenyum saja untuk menutupi rasa hancur nya aku saat ini. Tapi aku yakin karma itu nyata. 

Komentar

Postingan populer