Question Mark









3 bulan yang lalu...

Pagi ini memang sangat indah, tapi ketika bu guru membagikan selembar kertas ulangan rasanya pagi yang cerah ini seketika menjadi paling buruk. Pagi yang buruk ini sudah terjadi pada 4 hari kemarin. Dan sekarang  hari ke-5 , hari terakhir ujian.

"Ayo anak- anak kerjakan sendiri- sendiri. Baca soal dengan teliti.!"

''Aduhh gimana ini ulangan nya matematika , pelajaran yang amat sangat aku benci. Susah. Rumit. Lagian dia yang pada main dadu tapi, aku yang harus hitung.'' Seli mengeluh dengan soal ulangan nya.

"Seli?"

"I-Iya bu?"

"Kamu belajar kan?"

"Belum si bu" Seli menundukkan kepala.

"Kamu tau kan konsekuensi kalau nilai dibawah kkm?"

"Berdiri menghadap tiang bendera, sambil megang papan bertulisan saya pemalas, nilai saya jelek."

'Yaampun itu pasti malu banget. Apa ada guru yang lebih kejam dari dia?. Semoga aja gak ada deh. Dan seharusnya emang gak ada. Kapan pensiun nya sih tuh guru.' Katanya dalam hati.

"Nah kamu tau konsekuensi nya"

1 jam kemudian...

"Ayo kumpulkan tugas nya , tunggu pengumuman nilainya besok ya."

Setelah selesai ulangan semua siswa- siswi Smk Bakti Pura seperti biasa membersihkan kelas sebelum pulang.
Sesuai jadwal yang sudah di tetapkan , petugas piket kelas hari ini adalah Seli, Clara, Joni, dan Ruhi.

Ya, Ruhi laki- laki tampan dan manis. Gak tau sejak kapan Seli bisa sampai naksir sama dia. Dan gak tau kenapa bisa naksir, itu aneh. Seli malu untuk menyatakan perasaannya sama dia. Dan sepertinya dia juga suka sama Seli.

"Sel, kamu nyuci pel-an sana di kamar mandi"

"Terus kamu ngapain Clar?"

"Aku nyapu sama Ruhi"

"Sama Ruhi?" Seli bahkan cemburu harus melihat mereka nyapu berdua.

"Iya, emang kenapa?"

"Ya gapapa si"

'Clara itu sahabat Seli jadi, buang hus hus pikiran kaya gitu. Dia gak mungkin suka sama Ruhi.'

"Sel, ayo!" Seli melihat Ruhi membawa ember dan pembersih lantai.

"Kemana?" Tanya Seli.

"Ke kamar mandi bersihin pel-an" Ujarnya.

"Yaudah Sel aku biar sama Joni aja yang nyapu" itu yang Clara katakan.

Seli dan Ruhi berjalan melewati lorong yang terang tapi sepi. Sunyi. Sampai lah kita di di depan pintu kamar mandi. Sebelah kiri untuk laki- laki dan sebelah kanan untuk perempuan. Seli masuk ke pintu yang kanan , sedangkan Ruhi pintu sebelah kiri.

"Kenapa gak belajar?" Tanya Ruhi. Tembok kamar mandi sekolah tidak kedap suara. Jadi suara Ruhi bisa terdengar oleh Seli.

"Ketiduran"

"Aku juga gak belajar"

"Terus?" Kata- kata Seli seakan tidak perduli. Padahal dalam hati bertanya- tanya kenapa dia gak belajar.

"Kamu harus tanggung jawab"

"Ko tanggung jawab, kan kamu yang gak belajar."

"Kamu terus muncul di pikiran aku. Pengen diusir tapi terlanjur sayang."

'Astaga dia manis banget. Tapi Seli gak boleh keliatan respon dia, nanti dia malah tambah lebay. Pokok nya Seli harus jual mahal.' Batinnya.

"Yaampun manis banget sampe luluh rasanya. Tapi, sorry ya gak mempan"

"Aku mau jagain kamu, Sel."

"Aku bukan anak bayi"

"Gimana?"

"Gimana apanya" Seli bingung dan gak tau harus bilang apa.

"Biarkan aku nunggu kamu, Sel."

"Terserah kamu Ruhi"

Keesokan Harinya....

Seli sudah bisa menebak kalau ulangan kali ini Seli yang bakal dihukum. Nilai Seli udah pasti jelek. Dan siap- siap konsekuensi nya. Gak bisa dibayangkan deh malu banget pasti.

"Sela , Ruhi, Tania, Malika, Rahman."

"Tuh kan bener" Ujar Seli.

"Kalian tau kan harus ngapain, nih papan kalian pegang satu- satu"

"Gak bisa nego bu?" Tanya Seli.

"Kamu fikir ini pasar Sel?"

"Kan pemasaran bu"

"Gak ada tuh nego ya. Jangan lupa minggu depan perpisahan. Rasanya mau nangis ngelihat kalian lulus."

"Bu nego ya?" Seli terus saja menawar agar tidak dihukum.

"Nego apa?"

"Ibu tega banget hukum kita padahal minggu depan kita berpisah bu"

"Yasudah ini spesial buat kalian"

"Makasih bu" Serentak .

1 minggu kemudian...

Ini dia hari yang ditunggu- tunggu. Goodbye guru kejam. Rasanya lega hati ini udah gak mikirin sekolah lagi. Bebas dari konsekuensi gila. Tapi, sedih sih harus pisah dari Ruhi. Apa gak sebaiknya aku kasih jawaban ke dia ya?

"Sel, gak nyangka ya udah perpisahan aja" Clara menghampiri Seli.

"Iya Clar"

"Kamu ditembak sama Ruhi?"

"Tau dari mana kamu Clar?" Seli terkejut Clara tau tentang itu.

"Aku gak sengaja denger kalian bicara"

"Kamu nguping?"

"Enggak, siapa juga yang nguping. Aku gak sengaja lewat aja ke kamar mandi. Mau nyamperin kalian abisan lama banget nyuci pel-an" Clara terlihat gugup. Tapi Seli gak mau nething dulu sama sahabat sendiri.

"Lagian ngapain juga kamu nguping ya, maaf Clar"

"Iya gapapa Sel. Kamu mau aku bantuin ngomong ke Ruhi?"

"Aku takut Clar"

"Kamu tunggu sini aja , biar aku yang ngomong sama dia kalau kamu sebenarnya juga suka"

"Yaudah , makasih ya Clar"

Seli menunggu Clara di depan gerbang sekolah. Acara perpisahan nya sedikit lagi selesai. Clara menghampiri Ruhi yang sedang duduk menonton acara selanjutnya.

"Ruhi, kita harus bicara"

"Tentang apa?"

"Seli"

Clara mengajak Ruhi untuk bicara di ruang kelas. Hanya ada mereka berdua di sana.

"Maaf tapi mau gimana lagi"

"Ke intinya aja Clar"

"Seli gak suka sama kamu, dia mau kamu jauh- jauh dari dia"

"Seli dimana?" Tanya Ruhi

"Dia udah pulang"

"Kenapa? Sakit?"

"Gak tau dia gak bilang"

Ruhi terdiam setelah clara berbicara. Wajah nya tertunduk dan terlihat sedih. Tapi, Clara tersenyum. Tidak tau arti dari senyuman nya itu apa.
Clara pun pergi meninggalkan Ruhi yang berdiri seperti patung.

3 bulan kemudian...

Setelah 3 bulan berlalu mereka akhirnya bertemu. Ya, Seli dan Ruhi. Berdiri dan saling memandang di depan kedai kopi. Diam seribu bahasa.

"Maaf" Seli meminta maaf karena tidak sengaja menumpahkan kopi ke baju Ruhi.

"Hai Seli" Katanya.

"Maaf aku gak sengaja, baju nya jadi kotor" Terlihat di wajah Seli sebuah penyesalan.

"Apa kabar?"

"Baik. Tapi, aku rasa ini pertama kali aku lihat kamu, kenapa kamu nanya kabar?" Seli bingung.

"Aku Ruhi"

Nama itu seperti tidak asing. Seli pernah dengar nama itu. Tapi, dia bingung dimana. Kecelakaan 3 bulan yang lalu yang menyebabkan ingatannya menghilang. Butuh waktu untuk mengingat semua itu.

"Aku gak kenal kamu!"

"Kamu kenal aku Seli"

"Enggak!"

"Seli ini Ruhi"

"Sudah cukup!"

"Ternyata benar ya, kamu gak suka sama aku. Kamu mau aku jauh"

"Aku gak ngerti, kamu siapa?"

"Kamu terus muncul di pikiran aku. Pengen diusir tapi terlanjur sayang."

"Suara itu" Seli memegang kepala nya yang terasa sakit.

"Biarkan aku nunggu kamu, Sel"

"Seli?" Clara tiba- tiba muncul di tengah- tengah kami.

"Clar, laki- laki ini udah gila" Seli menunjuk wajah Ruhi.

"Clar ada apa sebenarnya?" Ruhi bertanya.

"Aku udah pernah bilang sama kamu, dia gak suka sama kamu. Ini proses Seli jauhin kamu Ruhi." Ujar Clara.

"Tapi kenapa?"

"Seli kita pulang ya" Clara membawa seli pulang dann meninggalkan Ruhi sendirian kebingungan tanpa jawaban.

Sesampai nya di kamar Seli. Seli duduk dan terlihat bingung. Dia kenal suara itu tapi, lupa dimana. Wajah nya juga tidak asing.

"Kamu percaya kan sama aku, yang ada di foto ini orang di masa lalu kamu. Cuma mereka Seli" Clara menunjuk foto- foto di dinding. Foto- foto mereka yang Seli tidak ingat. Tapi, disana tidak ada foto Ruhi.

"Iya aku percaya, tapi kenapa saat dia menyebutkan nama nya kepala aku pusing. Ada bayangan wajah laki- laki di kepala aku"

"Dia cuma pura- pura. Wajah itu gak ada di foto- foto ini. Berarti dia bukan orang di masa lalu kamu."

"Iya Clara"

"Yaudah aku mau pulang, kamu istirahat ya"

Clara pergi meninggalkan rumah Seli. Clara takut jika Seli mengingat semuanya. Tapi kenapa Seli harus melupakan Ruhi?

Keesokan harinya...

Mata Seli terbuka di pagi hari. Menghirup udara pagi sangat menyenangkan. Seli keluar rumah untuk berolahraga seperti biasanya. Saat tiba di taman sudah ada Clara.

"Hai Clara" Seli menyapa.

"Hai Sel, gimana udah baik kan?"

"Udah Clar"

"Bagus kalo gitu"

"Aku ingat semua nya Clar"

Seketika Clara berhenti berolahraga. Mata nya memandang Seli tidak percaya. Kenapa harus ingat? Kenapa?

"Semua?" Clara terlihat ketakutan.

"Iya, semua. Laki- laki yang semalam itu Ruhi kan?"

"Iya"

"Kenapa kamu ngarang bicara ke Ruhi?" Seli bertanya.

"Dia gak pantes buat kamu Sel"

"Jadi, kamu yang pantes gitu? Kamu cemburu Clar?"

"Kamu gila Sel, aku sahabat kamu"

"Bisa aja kan mula- mula sahabat tapi, akhirnya perusak. Banyak kan yang kaya gitu."

"Terserah kamu deh Sel, aku pergi." Clara meninggalkan Seli di taman dengan wajah yang kesal. Kenapa Clara harus ngarang bicara?

Karena sangat rindu dengan Ruhi, Seli pun pergi menemui Ruhi. Seli dalam perjalanan menuju rumah Ruhi. Tanpa kendaraan hanya dengan berjalan kaki. Ya, hitung- hitung sambil olahraga.

Sampai lah Seli di depan pintu rumah Ruhi. Rumah nya terlihat sepi, dan sepertinya tidak ada orang di dalam. Seli mengetuk pintu berkali- kali tapi tidak ada yang membuka.

"Cari siapa neng?" Tanya tetangga sebelah.

"Ruhi"

"Oh Ruhi toh, dia pergi ke rumah calon nya" Ibu itu tersenyum.

"Calon?" Seli makin bingung.

"Iya, calon tunangannya."

"Apa? Ibu tau alamat nya?"

"Tau, neng lurus aja abis itu belok kiri. Nah pagar warna hijau rumah nya."

"Terima kasih bu"  Seli langsung menuju rumah yang di beritahu ibu tadi.

Rumah nya tidak jauh dari rumah Ruhi. Terlihat dari luar banyak sekali orang datang. Dan hiasan dinding dengan nama Ruhi & Vanes. Astaga apa semua ini, Seli makin gak ngerti.

Seli melihat Ruhi dan perempuan di sebelah nya keluar sambil tersenyum bahagia. Di jari mereka ada cincin yang sama. Ruhi melihat Seli berdiri di depan pagar dan menghampiri Seli.

"Selamat" Seli memberi selamat pada Ruhi.

"Kamu gak kasih aku jawaban Sel, maaf aku gak bisa nunggu lama"

"Tadi nya aku yakin aku suka sama kamu. Tapi, kamu gak layak dicintai. Dan benar kata Clara aku memang harus jauh dari kamu. Ini kenyataan nya"

"Sel maaf"

"Maaf udah berapa lama kalian pacaran?" Seli bertanya pada Vanes, tunangan Ruhi.

"Sudah 4 bulan"

"Kamu inget Ruhi, 3 bulan yang lalu kamu baru nembak aku. Wah kesan klasik tapi manis. Sangat menakjubkan." Seli memberi tepuk tangan dan senyuman sinis.

Jadi, Seli tau alasan Clara bertindak seperti itu selama ini. Bukan karena dia cemburu tapi, karena dia khawatir. Dan Ruhi tau jawaban nya. Seli sudah berubah menjadi benci pada dia.

Seli pun menemui Clara untuk meminta maaf dan berterima kasih. Ternyata tidak semua sahabat itu perusak. Dan untung saja Clara mau memaafkannya.





Komentar

Postingan populer