Piala Bergilir






"Kanita!"

Aku terkejut ketika namaku di panggil oleh host melalui mikrofon nya yang berwarna hitam pekat. Padahal baru saja aku duduk di kursi penonton, dan ternyata namaku di sebut. 

Sekolah SMKN Beauty selalu mengadakan kontes beauty selection, dimana setiap tahun nya sekolah akan memilih satu perempuan tercantik. Satu perempuan tercantik yang terpilih akan masuk kuliah modelling ternama di dunia setelah lulus.

Aku sangat beruntung mempunyai paras yang cantik. Kecantikan fisik yang aku miliki membuatku menang setiap tahun dalam kontes Beauty Selection. 

Seusai kontes selesai aku kembali ke kelas dengan senang. Orang - orang yang ada di sekitar ku terus melontarkan kalimat "Kanita cantik!".  Terutama laki-laki tampan dari lantai satu sampai dengan lima. Perempuan disekitar ku terus memandang ku dengan tatapan sirik.

Di sekolah aku tidak memiliki begitu banyak teman perempuan. Tidak banyak perempuan yang mau berteman dengan ku. Mungkin karena mereka merasa minder dengan kecantikan yang aku miliki. 

"Hai Kanita " Muti yang merupakan salah satu teman ku menghampiriku.

"Hai Muti, ada apa?"

"Nanti malam jadi kan?"

"Oh kafe , iya pasti"

Setiap malam aku selalu pergi ke kafe bersama teman - teman ku. Kadang waktu malam kami habis di kafe. Kalau pulang belum lebih dari jam 2 subuh , namanya bukan perempuan cantik. Aku tidak mau di sebut perempuan jelek, akhirnya aku mengikuti teman- teman ku.

Sepulang sekolah sembari menunggu jemputan , aku duduk di kursi dekat kantin. Tiba-tiba seorang perempuan berjalan ke arah ku. Ku akui dia cantik, tapi kecantikan nya tidak bisa melewati aku. 

"Ka Kanita selamat atas kemenangan nya" Dinda mengulurkan tangannya kepadaku dan aku pun membalas mengulurkan tangan.

"Padahal kamu juga cantik loh, tapi kenapa gak menang ya?"

"Aku lebih senang kalau aku gak menang ka"

"Pembohong kamu!"

"Aku cuma gak mau jadi piala bergilir"

"Piala bergilir?"

"Iya" 

Saat malam harinya Muti dan yang lainnya menunggu ku di depan rumah. Setelah selesai merias wajah aku keluar rumah dengan menyelinap melalui pintu belakang,  Aku takut orang tua ku tau aku pergi.

Tiba-tiba Reza menarik lengan ku. Sontak terkejut aku melepaskan genggaman nya. Dia seperti orang habis mabuk , jalan nya saja tidak beraturan dan napas nya bau alkohol.

"Kamu mabuk Reza!"

"Udah lah Kanita ikut aja!" Muti menyuruh ku untuk ikut bersama Reza.

"Tapi, dia mabuk Muti"

"Percuma kamu punya wajah cantik kalau gak di manfaatkan"

"Maksud kamu apa Mut?"

"Dengan wajah cantik kamu gampang memikat cowok manapun"

"Aku tidak suka dengan cara pandang kamu Mut"

aku langsung pergi meninggalkan kafe. Sepanjang jalan aku berfikir, apa aku salah menjadi cantik?. 

"Ka Kanita!" Seseorang berteriak memanggil ku , aku menengok ke belakang dan melihat Dinda.

"Dinda?" 

"Aku melihat semua nya ka"

"Aku gak mau bahas"

"Aku harap setelah kejadian ini Kaka bisa menjaga diri."

"Terima kasih Din"

Sekarang aku paham makna dari kalimat piala bergilir. menjadi perempuan dengan paras yang cantik memang tidak mudah. Bahkan, memiliki kecantikan bisa membahayakan diri. Anggap saja kecantikan adalah piala yang di perebutkan semua orang. Tapi, aku tidak mau jadi perempuan untuk semua laki-laki. Aku bukan piala bergilir.  










Komentar

Postingan populer